Pages

Monday, May 24, 2010

PERILAKU KONSUMEN

PRILAKU KONSUMEN

Prilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan dan akitivitas masing- masing individu yang dilakukan dalam rangka evaluasi ,pendapatan ,penggunaan dan mengatur barang dan jasa.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku konsumen:
  • Kepuasan konsumen terhadap produksi
  • Karakteristik produk yang diinginkan konsumen.
  • Pengeluaran untuk konsumsi.
  • Nilai barang dan Jasa
Barang dan jasa mempunyai nilai, Hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Nilai Pakai
Nilai Pakai objektif Adalah kemampuan barang untuk memenuhi kebutuhan banyak orang,.
contoh: jembatan, jalan layang, dll.
Nilai Pakai subjektif: kemampuan barang untuk memenuhi kebutuhan satu orang saja / pribadi.
contoh: pensil, pulpen, dll.

2. Nilai Tukar
Nilai Tukar Objektif Adalah kemampuan barang / jasa untuk ditukar dengan benda lain tanpa terpengaruhi unsur psikologis.
Nilai tukar subjektif: kemampuan barang / jasa untuk ditukar dengan benda lain dengan dipengaruhi oleh unsur psikologis

Teori nilai guna ( utility )
Para pakar ekonomi menjelaskan permintaan konsumen berdasarkan konsep total itilitas dan hukum utilitas yang semakin berkurang.Utilitas merupakan konsep pemikiran yang menggambarkan jumlah kegunaan atau kepuasaan yang diperoleh konsumen dari suatu komoditi. Tambahan tingkat kepuasaan dinamakan marjinal, dengan marjinal berarti utilitas ekstra atau inpremental.
Hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang menyatakan bahwa , dengan meningkatnmya jumlah komoditi yang dikonsumsi , utilitas marjinal dari unit terakhir yang dikonsumsi cenderung menurun.
Kesamaan utilitas marjinal untuk setiap unit sumber daya yang dikonsumsi merupakan logika dasar yang lebih penting daripada teori permintaan dan uang .
Utility barang adalah kemampuan barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Nilai barang adalah ukuran yang diberikan oleh konsumen pada barang.
Semakin banyak guna barang semakin tinggi nilai gunanya.

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Teori Nilai Guna Kardinal
Adalah bertitik tolak pada anngapan bahwa kepuasaan setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain. Artinya , tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung pada subjek yang memberikan penilaian. Suatu barang akan diberikan nilai tinggi apabila barang yang dimaksud memberikan daya guna yang tinggi bagi si pemakai.

Daya guna yang tinggi dapat dilihat dari tingkat kepuasaan konsumen terhadap barang dan jasa. Tingkat kepuasaan dapat berupa kepuasaan total (total utility) dan kepuasaan tambahan (marginal utility).

Kepuasaan total adalah kepuasaan menyeluruh yang diterima individu apabila mengkonsumsi sejumlah barang. Kepuasaan tambahan adalah perubahan kepuasaan total perunit akiabat adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam teori ini adalah:
1. Daya guna diukur dalam satuan uang
Yaitu jumlah uang yang bersedia dibayar oleh konsumen
dalam rangka menambah unit yang akan dikonsumsi.
2. Daya guna marginal dari uang tetap
Yaitu bahwa nilai suatu uang dalam satuannya adalah sama untuk setiap orang tanpa memandang statusnya.
3. Additivitas
Yaitu bahwa nilai guna total adalah keseluruhan konsumen dari barang X1 - Xn atau U + U ( X1 ) + U ( X2)+...U (Xn + 1) atau U = U(X)+ U(Y).
4. Daya guna bersifat indifenden
Yaitu daya guna barang X 1 tidak dipengaruhi oleh gangguan atau kombinasi mengkonsumsi barang lain misalnya X2
5. Periode konsumsi berdekatan.
Pada dasarnya teori nilai guna kardinal mengambil pengalaman sehari–hari dari kegiatan konsumsi yaitu,sebagai misalnya seseorang yang mengkonsumsi Teh. Pada satu gelas pertama misalnya nilai air teh tersebut sangat tinggi baginya karena merasa haus dan lepas dahaganya ,kemudian pada gelas kedua nilai air teh tersebut masih sangat bernilai tinggi karena akan memenuhi keputusaannya,namun pada gelas berikutnya ,nilai air teh tersebut sudah berkurang dan bahkan bila air itu ditambah untuk gelas berikutnya ,maka seseorang tersebut tidak akan meminumnya lagi dan seterusnya bila ditambah akan memperoleh penilaian minus ( buang ). Penilaian kepuasaan atas air teh yang diminum tadi itulah yang dinamakan guna kardinal karena ukurannya yang dinyataka dengan satuan angka berurut(bukan bertingkat).

2. Teori Nilai Guna Ordinal
Teori nilai guna ordinal dengan kurva indiferen mencoba menjawab apa yang menjadi keraguaan dalam teori nilai guna kardinal,yaitu mengukur kepuasaan, yang penilaiannya berifat subjektif.
Untuk membantu memperjelas teori nilai guna ordinal digunakan kurva indiferen tak beda dalam menganalisa tingkat kepuasaan masing- masing individu sehubungan dengan mengk0onsumsi dua macam barang dlam rangka memaksimumkan kepuasaannya.

Teori guna ini yaitu tingkat kepuasaan diurutkan dalam tingkatan –tingakatan tertentu, misalnya : rendah ,sedang, dan tinggi dengan harapan setiap kepuasaan yang diperoleh dapat diukur. Teori guna ordinal diajukan yang menggambarkan kombinasi dari bebarapa macam barang untuk menghasilkan kepuasaan dengan intensitas (ukuran ) yang relatif sama.
Ada beberapa asumsi atau asas yang mendasari teori nilai guna ordianal yaitu:
A. Rasionalitas
Dimana konsumen akan berusaha meningkatkan kepusaannya atau akan memilih tingkat kepuasaan yang tertinggi yang bisa dicapainya
B. Konveksitas
yaitu garis kurva indiferen haruslah kontinyu (tidak terputus ) dan cembung dari titik temu sumbu X dan Y ( titik origin)
C. Nilai guna tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsi
D. Transitivitas
yaitu konsumen akan memjatuhkan pada pilihan yang terbaik dari beberapa pilihan .
Berdasarkan asas atau asumsi ke 4 maka kurva indiferen tidak boleh bersinggungan atau saling berpotongan.

Faktor yang mempengaruhi Pola konsumen
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi barang dan jasa, diantaranya adalah
a) Penghasilan
Semakin tinggi tingkat penghasilan yang diteriam seseorang ,daya beli terhadap barang dan jasa juga semakin tinggi.
b) Sikap Hidup
Bagi orang yang menganut pola hidup sederhana pasti tingkat konsumsinya lebih rendah daripada menganut pola boros.
c) Lingkungan tempat tinggal
Contohnya masyarakat yang tinggal didesa yang kondisi ekonomi pas- pasan ,fungsi konsumsi untuk memenuhi kebutuhan mereka .
d) Tingkat kemajuan
Semakin maju pengetahuan dan kondisi ekonomi sosial seseorang semakin tinggi tingkat konsumsinya.
e) Adat istiadat
Adat dan kebiasaan umumnya yang berlaku dimasyarakat mempengaruhi tingkat konsumsi,terutama masyarakat yang memegangnya.
Contohnya : adat perkawinan

Nilai Guna Dapat dibedakan atas :

Nilai guna total,
yaitu jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu
Nilai guna marjinal,
yaitu pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dan pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.

Selera konsumen
Selera atau kesukaan konsumen cendrung mempengaruhi kosumen karena bisa jadi pada konsumen tertentu dan pada kondisi tertentu,jenis atau model produk yang dipilih bisa berbeda .
Contoh : kalangan atas lebih suka membeli baju buatan butik , sementara kalangan bawah lebih suka membeli baju yang dijual dipasar.

Hipotesis utama teori nilai guna
Hipotesis utama teori nilai guna atau yang lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun menyatakan bahwa : ”tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya atas barang tersebut”.

Dalam teori utility perlu dibedakan dua konsep : utility total (jumlah utility) dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu dan utility marginal yaitu tambahan utility yang diperoleh dari menambah satu unit barang yang dikonsumsi.
Pola konsumsi keatas suatu barang dipengaruhi oleh hukum utility marginal yang semakin menurun artinya semakin banyak suatu barang dikonsumsi, semakin sedikit nilai utility marginalnya dan pada akhirnya utility marginal akan bernilai negatif.
Teori nilai guna dapat digunakan untuk menerangkan tentang paradoks nilai yaitu keadaan dimana beberapa jenis barang yang berguna dalam kehidupan selhari-hari harganya sangat rendah, sedangkan barang yang kurang berguna harganya sangat tinggi.
Kepuasan seorang konsumen dari mengkonsumsi suatu barang yang biasanya lebih tinggi dari pengorbanan (pembayaran) yang dibuat untuk memperoleh barang terseebut. Perbedaan diantara keduanya dinamakan surplus konsumen. Bagaimana surplus konsumen akan wujud dapat ditunjukan untuk kasus seorang individu dan untuk keseluruhan konsumen dalam suatu pasar.

Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen merupakan nilai – nilai bagi pelanggan yang diperhatikan dalam menentukan sebuah pilihan. Dalam kaitan dengan preferensi ini, maka konsumen akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan demikian, harapan pelangganlah yang melatarbelakangi mengapa dua organisasi pada bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Dalam konteks preferensi konsumen, umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengertian preferansi konsumen mencakup penilaian atau keinginan terbaik dari konsumen. Preferensi konsumen menentukan pilihan konsumen jika konsumen dihadapkan pada banyak ragam pilihan produk yang sejenis
Ketika mengkonsumsi sejumlah komoditi dalam periode tertentu, Setiap konsumen akan mendapatkan kepuasan ( satisfaction ) atau guna ( utiliTy ). Setiap konsumen selalu berusaha untuk mendapatkan tingkat kepuasan semaksimal mungkin dari sejumlah pengeluaran yang sudah mereka lakukan. untuk keperluan tersebut setiap konsumen harus bisa membuat urutan (rank) dari semua untaian komoditi yang ada. Mereka harus bisa menentukan untaian komoditi mana yang lebih mereka pilih, mana yang tidak dan mana yang relatif jika dibandingkan dengan yang lain.

Di dalam membuat Urutan preferensi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :
  • Untuk setiap dua untai komoditi, misalkan A dan B, jika A memberi kepuasan yang lebih besar Maka A yang harus dipilih dan bukan B, dan sebaliknya. Bila A dan B memberikan kepuasan yang sama Maka konsumen bisa memilih A atau B ( A dan B indiferen )
  • Bila A dipilih dan bukan B, sedangkan B harus dipilih dan bukan C, maka A harus dipilih dan Bukan C. (berlaku hubungan yang bersifat Transitif )
  • Bila untaian komoditi A terdiri dari unsur - unsur yang sama dengan B, sedangkan untuk setiap unsurnya A lebih besar daripada B, maka A harus dipilih dan bukan B. tapi bila sebagian unsur - unsur saja yang lebih besar sedangkan unsur - unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka belum tentu A harus dipilih jika dibandingkan B.

No comments:

Post a Comment