PENYAKIT TANAMAN
• Pengertian Penyakit Tanaman
Penyakit pada tanaman berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur , bakteri, Mikoplasma dan Virus.
• Faktor - faktor Penyebab Penyakit
a. Penyebab Penyakit Faktor Lingkungan
1. Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan sebagainya.
- Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang.
- Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah titik beku menyebabkan berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting sukulen sebagian pepohohonan.
2. Pengaruh Kelembaban
- Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi (pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati.
- Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akibat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan.
Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak vigor, seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari.
3. Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali.
4. Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.
5. Polutan Udara
Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara sebagai berikut :
- Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak seperti hangus.
- Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil, menyebabkan tumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal dan senesen secara prematur.
- Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi menyebabkan keputihan pada jaringan antar tulang daun.
b. Penyebab Penyakit oleh Faktor yang Dapat Menular
6. Sifat Genetik Pohon
Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu jenis patogen. Beberapa individu, galur, atau tanaman yang berasal dari tempat tumbuh tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen, dibandingkan dengan individu, galur, atau yang berasal dari tempat tumbuh lain.
Ketahanan ini dapat terjadi karena kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal, pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik didalam jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada pohon.
7. Keganasan Patogen
Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu jenis pohon.
8. Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dipisahkan antara yang biotik (hidup) dan yang abiotik (mati).. Pengaruh faktor lingkungan biotik adalah pada patogen yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit, vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis.
Kelompok faktor lingkungan yang lain adalah unsur-unsur abiotik (tidak hidup) seperti suhu, kadar air tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah.
• Macam – Macam Gejala Penyakit
Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
1. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
2. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
3. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
a. Tipe Nekrotis
1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel.
2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.
3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya.
4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis.
5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering.
6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu :
- Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah.
- Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah.
7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu :
- Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
- Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.
- Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya.
9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu.
10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.
b. Tipe Hipopastis
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
c. Tipe Hiperplastis
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian.
6. Pembentukan alat yang luar biasa :
a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.
10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru.
11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :
a. Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang.
• Nama – Nama Penyakit
Penyakit Pada Sayuran
1. Penggerek umbi kentang
Gejalanya pada kulit umbi terdapat kumpulan kotoran ulat berwarna cokelat tua.Jika umbi dibelah , didalamnya terdapat alur-alur. Warna daun merah dan terdapat jalinan benang yang meliputi ulat.Penyebab utama ialah Phthorimaea operculella.Hama berupa ulat berwarna kelabu dengan ukuran panjang 1 cm.
2. Penyakit hawar daun kentang
Penyebab utama ialah Jamur Phytophthora infestans. Gejalanya ialah bercak nekrotik di tepi-tepi daun, yang meluas ke seluruh bagian daun, terutama pada suhu rendah dan kelembapan serta curah hujan tinggi.
3. Hama pemakan daun kubis
Ulat memakan daun tanpa kulit arinya (epidermis) sehingga daun ‘berjendela’ dan tampak memutih.Pada serangan berat, daun berlubang-lubang hingga tinggal tersisa tulang daun saja.
4. Penyakit busuk basah kubis
Daun berbercak kebasahan yang bentuknya tidak teratur.Akibat infeksi bakteri sekunder, tanaman mengeluarkan bau busuk yang khas.Bakteri Erwinia carotovora pv.carotovora adalah penyebab utama
5. Penyakit akar pada kubis
Jamur mengakibatkan pembelahan dan pembesaran sel yang akan membentuk bintil. Bintil-bintil akan bengkak dan tanaman merana, daun menjadi hijau kelabu dan cepat layu.
6. Hama Thrips pada cabai
Daun yang terserang berubah bentuk. Permukaan bawah daun berwarna putih keperakan dan buah berubah bentuk dan terlihat jaringan
7. Penyakit busuk daun bawang merah
Di dekat ujung daun timbul bercak hijau pucat.Daun segera menguning, layu dan mengering. Daun mati yang berwarna putih diliputi jamur hitam.
8. Hama penggerek buah tomat
Bahagian ujung buah dan dekat lubang terdapat kotoran hama. Penyebabnya ialah Helicoverpa armigera.
Penyakit Nilam
9. Layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Tanaman yang terserang biasanya akan layu dan akhirnya mati. Serangan layu dimulai dari pucuk tanaman,kemudian menyebar ke seluruh tanaman. Kulit akar sekunder mengelupas dan akar serabut banyak yang busuk
10. Budok
Penyakit ini disebabkan oleh virus atau MLO(Mycoplasm Like Organism) yang disebar oleh serangga vektor.Daun mula berubah bentuk menjadi seperti kerupuk dengan ketebalan melebihi daun normal.Warna permukaan daun bagian bawah menjadi kasar,tulang daun menebal dan keriput.Kelainan ini akan menyebar sampai ke pucuk dan daun-daun lain dalam satu pohon.Hingga akhir pertumbuhan tanaman tertekan dan tidak bisa bertambah besar, serta konopinya pun mengecil.
11. Akar putih
Gejala yang tampak mirip gejala serangan bakteri,hanya proses kematiannya jauh lebih lambat. Daun-daun biasanya berubah menguning dengan warna ungu yang menonjol pada permukaan sebelah bawahnya.Ia disebabkan oleh jamur Rigidoporus sp biasanya terlihat ada benang-banang putih.
12. Bercak daun
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporivides dan fusarium sp.Penyebaran dan penularannya lebih banyak melalui udara dan percikan air yang mengandung spora.Gejala serangganya ada bercak-bercak hitam besar atau kecil yang kebanyakan berada di pinggir daun.
Penyakit Jambu Biji di Malaysia
13. Bengkak akar
Penyebab penyakit ini adalah nematoda Meloidogyne incognita. Serangan nematoda dapat diketahui dari pertumbuhan tanaman yang kuntet (kerdil) dan tidak segar.Akar menjadi jarang dan warna daun berubah kekuningan.Buahnya kecil dan lebih cepat matang. Tanaman yang sudah terserang sistem perakarannya tidak sempurna, bengkak, serta warnanya berubah
14. Kudis
Cendawan pestalotiopsis psidii penyebab penyakit kudis ini hanya bisa masuk ke jaringan buah melalui luka yang biasanya disebabkan oleh kepik helopeltis. Makin lama bintik membesar berukuran 1-3 mmdan bentuknya bulat dan cokelat kehitaman. Penyakit itu bisa diatasi dengan cara menyemplotan fungisida yang mengandungi cuprum atau zinc
15. Antraknosa
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporoides ini lebih banyak menyerang buah. Genjala awal, tampak bintik-bintik kecil dan pada buah. Bintik ini makin lama makin membesar dan menyatu membentuk luka besar dengan lekuk ke dalam.
• Pengertian Penyakit Tanaman
Penyakit pada tanaman berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur , bakteri, Mikoplasma dan Virus.
• Faktor - faktor Penyebab Penyakit
a. Penyebab Penyakit Faktor Lingkungan
1. Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan sebagainya.
- Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang.
- Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah titik beku menyebabkan berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting sukulen sebagian pepohohonan.
2. Pengaruh Kelembaban
- Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi (pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati.
- Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akibat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan.
Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak vigor, seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari.
3. Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali.
4. Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.
5. Polutan Udara
Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara sebagai berikut :
- Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak seperti hangus.
- Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil, menyebabkan tumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal dan senesen secara prematur.
- Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi menyebabkan keputihan pada jaringan antar tulang daun.
b. Penyebab Penyakit oleh Faktor yang Dapat Menular
6. Sifat Genetik Pohon
Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu jenis patogen. Beberapa individu, galur, atau tanaman yang berasal dari tempat tumbuh tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen, dibandingkan dengan individu, galur, atau yang berasal dari tempat tumbuh lain.
Ketahanan ini dapat terjadi karena kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal, pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik didalam jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada pohon.
7. Keganasan Patogen
Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu jenis pohon.
8. Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dipisahkan antara yang biotik (hidup) dan yang abiotik (mati).. Pengaruh faktor lingkungan biotik adalah pada patogen yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit, vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis.
Kelompok faktor lingkungan yang lain adalah unsur-unsur abiotik (tidak hidup) seperti suhu, kadar air tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah.
• Macam – Macam Gejala Penyakit
Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
1. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
2. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
3. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
a. Tipe Nekrotis
1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel.
2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.
3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya.
4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis.
5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering.
6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu :
- Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah.
- Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah.
7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu :
- Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
- Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.
- Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya.
9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu.
10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.
b. Tipe Hipopastis
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
c. Tipe Hiperplastis
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian.
6. Pembentukan alat yang luar biasa :
a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.
10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru.
11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :
a. Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang.
• Nama – Nama Penyakit
Penyakit Pada Sayuran
1. Penggerek umbi kentang
Gejalanya pada kulit umbi terdapat kumpulan kotoran ulat berwarna cokelat tua.Jika umbi dibelah , didalamnya terdapat alur-alur. Warna daun merah dan terdapat jalinan benang yang meliputi ulat.Penyebab utama ialah Phthorimaea operculella.Hama berupa ulat berwarna kelabu dengan ukuran panjang 1 cm.
2. Penyakit hawar daun kentang
Penyebab utama ialah Jamur Phytophthora infestans. Gejalanya ialah bercak nekrotik di tepi-tepi daun, yang meluas ke seluruh bagian daun, terutama pada suhu rendah dan kelembapan serta curah hujan tinggi.
3. Hama pemakan daun kubis
Ulat memakan daun tanpa kulit arinya (epidermis) sehingga daun ‘berjendela’ dan tampak memutih.Pada serangan berat, daun berlubang-lubang hingga tinggal tersisa tulang daun saja.
4. Penyakit busuk basah kubis
Daun berbercak kebasahan yang bentuknya tidak teratur.Akibat infeksi bakteri sekunder, tanaman mengeluarkan bau busuk yang khas.Bakteri Erwinia carotovora pv.carotovora adalah penyebab utama
5. Penyakit akar pada kubis
Jamur mengakibatkan pembelahan dan pembesaran sel yang akan membentuk bintil. Bintil-bintil akan bengkak dan tanaman merana, daun menjadi hijau kelabu dan cepat layu.
6. Hama Thrips pada cabai
Daun yang terserang berubah bentuk. Permukaan bawah daun berwarna putih keperakan dan buah berubah bentuk dan terlihat jaringan
7. Penyakit busuk daun bawang merah
Di dekat ujung daun timbul bercak hijau pucat.Daun segera menguning, layu dan mengering. Daun mati yang berwarna putih diliputi jamur hitam.
8. Hama penggerek buah tomat
Bahagian ujung buah dan dekat lubang terdapat kotoran hama. Penyebabnya ialah Helicoverpa armigera.
Penyakit Nilam
9. Layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Tanaman yang terserang biasanya akan layu dan akhirnya mati. Serangan layu dimulai dari pucuk tanaman,kemudian menyebar ke seluruh tanaman. Kulit akar sekunder mengelupas dan akar serabut banyak yang busuk
10. Budok
Penyakit ini disebabkan oleh virus atau MLO(Mycoplasm Like Organism) yang disebar oleh serangga vektor.Daun mula berubah bentuk menjadi seperti kerupuk dengan ketebalan melebihi daun normal.Warna permukaan daun bagian bawah menjadi kasar,tulang daun menebal dan keriput.Kelainan ini akan menyebar sampai ke pucuk dan daun-daun lain dalam satu pohon.Hingga akhir pertumbuhan tanaman tertekan dan tidak bisa bertambah besar, serta konopinya pun mengecil.
11. Akar putih
Gejala yang tampak mirip gejala serangan bakteri,hanya proses kematiannya jauh lebih lambat. Daun-daun biasanya berubah menguning dengan warna ungu yang menonjol pada permukaan sebelah bawahnya.Ia disebabkan oleh jamur Rigidoporus sp biasanya terlihat ada benang-banang putih.
12. Bercak daun
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporivides dan fusarium sp.Penyebaran dan penularannya lebih banyak melalui udara dan percikan air yang mengandung spora.Gejala serangganya ada bercak-bercak hitam besar atau kecil yang kebanyakan berada di pinggir daun.
Penyakit Jambu Biji di Malaysia
13. Bengkak akar
Penyebab penyakit ini adalah nematoda Meloidogyne incognita. Serangan nematoda dapat diketahui dari pertumbuhan tanaman yang kuntet (kerdil) dan tidak segar.Akar menjadi jarang dan warna daun berubah kekuningan.Buahnya kecil dan lebih cepat matang. Tanaman yang sudah terserang sistem perakarannya tidak sempurna, bengkak, serta warnanya berubah
14. Kudis
Cendawan pestalotiopsis psidii penyebab penyakit kudis ini hanya bisa masuk ke jaringan buah melalui luka yang biasanya disebabkan oleh kepik helopeltis. Makin lama bintik membesar berukuran 1-3 mmdan bentuknya bulat dan cokelat kehitaman. Penyakit itu bisa diatasi dengan cara menyemplotan fungisida yang mengandungi cuprum atau zinc
15. Antraknosa
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporoides ini lebih banyak menyerang buah. Genjala awal, tampak bintik-bintik kecil dan pada buah. Bintik ini makin lama makin membesar dan menyatu membentuk luka besar dengan lekuk ke dalam.
5 comments:
tesssssss.
trimakasih infonya... :))
Makaci info na............
;;)
:D ;;) THANK YOU SOO MUCH!!!
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment